Banyuanyar dulu dan sekarang

Sudah ada banyak perbedaan Pondok Pesantren Banyuanyar : pembangunan mulai banyak, Masjid sudah lebih besar, sekolah lebih besar dan lebih banyak, asrama sudah pakai gedung, dan tempat jualan sudah rapi.

Begitulah kira-kira yang bisa saya lihat di pondok yang saat ini santrinya kurang lebih mencapai 10 ribu, yang lokasi ada di Desa Poto’an Daya, Pamekasan itu. Ketika Melihat gedung asrama yang sudah rata rata 3 lantai, Saya merasa bangga dan senang karena sudah moderen dan semakin berkembang.

Beda dengan masa tahun 2000-an yang masih menggunakan kayu, bambu dan pohon pinang. Yang ketika masak nasi harus antre agar dapat air, yang biasa minum airnya berwarna kuning di selatan masjid, yang kalau mandi sering di “DAM”-an yang sempat viral karena ada Lafadz Allah itu.

Dulu, pada zaman murid Madrasah Diniyah masih pakai sarung, Asrama yang pakai gedung hanya Blok L dan Blok K ditambah dijadikan tempat markas Bahasa Arab di atasnya. Itu gedung paling keren dan paling tinggi. Dan saya ada di Blok L tepatnya L/10.

Pada era-nya “SUTER”, masjid masih belum cukup ditempati semua santri untuk mengaji dan salat berjamaah. Santri masih salat di halaman masjid dengan beralaskan sajadah. Salat berjamah belum diwajibkan pada waktu itu. Masih banyak santri yang berjamaah di replika burung garuda sebelah timur pondok.

Yang tetap “bertahan” dengan gempuran masa dan zaman, sejak zama milinium hingga milinial hanya : congkop, kamar mandi pengurus/ustad dan kediaman pengasuh yang di tempati K.H. Mohammad Syamsul Arifin. Selain itu sudah kena rehap alias dibangun.

Sekarang, santri sudah tidak usah mandi ke sungai, ke Laccaran, dan Lor Telor. Setiap gedung asrama sudah disiapkan kamar mandi. Santri tak usah lagi antre buat menanak nasi untuk ngambil air di masjid, santri tak ada yang mInum air kuning. Tak ada lagi santri yang ngirim surat ke pondok putri melalui Suter.

Semua sudah lengkap, semua sudah disiapkan dengan sanksinya jika ada santri yang melanggar aturan pondok. Bahkan, bagi santri yang tidak berjamaah juga sudah ada sanksinya, untung saya tidak sekarang ke pondok.

Mungkin jika mondok sekarang saya akan sering di sangsi karena sering salat maghrib berjamaah di replika burung garuda yang berada di timur pondok yang jauhnya 500 meter.

Pondok Pesantren Banyuanyar sudah mulai berkembang, bahkan sudah moderen. Tapi, tetap budaya santri tiidak dihilangkan, bahkan Tradisi lomba pidato, salawat, dan hafalan kitab Al-Fiya serta hafalan Al-Quran menjadi kebiasaannya.

Pondok Pesantren selalu menjadi ujung tombak bagi generasi Bangsa ini, dari dulu, kini hingga masa depan. Semoga Pengasuh Pondok pesantren Banyuanyar diberi kesehatan dan Banyuanyar semakin maju. (Sairil Munir)

Bangkit, Beriman dan Salam Menjadi Bangkalan

Pukul 17.28 WIB, kantor Komisi Pemilihan Umum seketika menjadi hening. Tak ada orang bersuara di dalam Meeting Room KPU Bangkalan. Yang bersuara hanya ketua KPU Bangkalan menggunakan pengeras suara.

Mbak Suara Adzan yang ditunggu-tunggu para jamaahnya.
Pada saat itu pula, ketua Pimpinan sidang Rapat Pleno Rekapitulasi penghitungan suara tingkat Kabupaten dalam pemilihan Bupati dan wakil bupati Bangkalan periode 2018-2023. Pada detik itu pula, nasib Bangkalan ke depan akan ditentukan.

Pada detik itu, ketua sidang yang dipimpin langsung oleh Ketua KPU Bngkalan Fauzan Djakfar dengab nada rendah, lembut dan penuh optimis tinggi memyampaikan hasil rekapituliasi yabg telah dibacakan sejak pukul 15.00.

Pimpinan sidang yang didampingi empat komisioner KPU Bangkalan dan ketua Bawaslu Bangkalan awalnya berjalan lancar.

Namun, diakhir penghitungan rekap calon bupat dan wakil bupati. KPU yang notabeni ada lembaga yang mengawasi tentu meminta masukan dan Hasil pengawasannya.

Alhasil, Bawaslu Bangkalan memberikan rekomendasi kepada KPU Bangkalan supaya membuka beberapa kotak suara di 8 TPS (tempat pemungutanSuara) yang harus dibuka dan diabacakan hasil rekapotulasi di depan para saksi yang hadir dari saksi paslon nomer urut 1, 2 Dan 3.
Dari hasil verifikasi secara bersama-sama tidak ditemukan pelanggaran apapun yang dilkukan oleh KPPS.

Dalam proses verifikasi tersebut tentu menegangkan. Kondisi ruangan penuh dan orang yang ada di dalam rungan tersebut tanpak bingung dan suram. Miskipun ada sedikit gelak tawa. Tentu semua PPK berharap tidak terjadi apapun dan semua angka pemilih, daftar hadir, Plano dan jumlah keseluruhan bisa klop.

Pada adzan magrib, pimpinan sudang memutuskan sesuai dengan hasilrekapitulasi tingkat kabupaten bahwa pasangan cabup dan cawabup nomer urut 1 memperoleh suara sebanyak 184.434. Paslon 2 memperoleh suara sebanyak 116.438 dan pasangan paslo 3 mendapatkan suara sejumlah 243.877. Sehibgga Total suara sebanyak 544.749.

Dengan demikian, pemilihan bupati dan wakil bupati Bangkalan dimenangkan oleh paslon nomer 3 yang sebutan lainnya SALAM (Ra Latif dan Mohni). Dalam penyelesaian rekap teraebug ketiga saksi secara bersama-sama menerima hasil rekapitulasi teraebut. Baik dari saksi Bangkit paslon 1 dan saksi dari Beriman paslon 2 hingga saksi paslon 3.

Proses Pemilihan Bupati dan wakil bupati Bangkan telah selesai sejak tanggal 4 Juli 2018 harj ini. Jika dianalogikan, permainan catur sudah selesai. Sehingga papan catur harus ditutup pula. Miskipun, ada cara konstitusional yang bisa ditempuh oleh paslon yang masih merasa keberatan atas hasil rekap tersebut.

Saat ini, perlu kita tumbuhkan optimisme, harapan untuk masa yang akan mendatang. Ajari generasi ini dengan politik sesuai aturan. Saat ini pula perlu kebersamaan dan keselarasan untjk memajukan Bangkalan yang kita cintao bersama ini.

Tentu masyarakat berharap banyak kepada yang terpilih agar bisa memajukan kota salak ini. Mari Songsong masa depan dengan optimis tanpa pesimis.

Penulis : Sairil Munir

Dari Pojok Kampung

Nasib Artis Tik Tok Pasca Diblokir

Sejak 3 Juli 2018. Pemerintah melalui Kementerian Informasi dan Komunikasi yang ditandatangani Rudiantara secara resmi mengirim surat pemblokiran terhadap tik tok. Pemilik aplikasi tik tok yang berasal dari cina tersebut tidak bisa lagi digunakan oleh para penggunanya di Indonesia. Sebenarnya apa yang menjadi masalah, dan apa sebenarnya Tik Tok itu.

Apa Itu Tik Tok ?

Tik Tok adalah aplikasi yang memberikan special effects unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah sehingga dapat membuat video pendek dengan hasil yang keren serta dapat dipamerkan kepada teman-teman atau pengguna lainnya.

Tik tok digemari masyarakat Indonesia sejak pertengahan tahun 2017-an. Ribuan bahkan miliaran konten video pendek telah dipasang di tik tok yng dimilik oleh Perusahaan teknologi kecerdasan, ByteDance.

Tik Tok dapat memahami keinginan yang sering dilakukan pengguna sehingga dapat melakukan sugesti yang baik dan meningkatkan permintaan.

Tik tok merupakan aplikasi yang sama seperti Youtube, Bigo, atau aplikasi lainnya. Sehingga kehadiran tik tok oleh pemerintah dianggak meresahkan warga, karena pemerintah menganggap tik tok banyak konten pornografi, asusila, mengeluarkan isu sara dan agama.

Harusnya, pemerintah mengecek atau melakukan verifikasi secara mendalam terhadap pihak pemilik aplikasi terlebih dahulu, sebelum beredar di masyarakat bahkan sebelum digemari oleh Para generasi bangsa ini.

Seola-olah pemerintah tidak mengantasipasi sejak dini dengan kedatangan aplikasi yang bernama tik tok tersebut. Pemerintah selalu lambat mengantisipasi kedatangan aplikasi baru.

Pada 2016 pemerintah kecolongan dengan datangnya aplikasi bigo, setelah viral dan banyak digunakan masyarakat Indonesia, baru kemudian pemerintah melakukan pemblokiran.

Sebenarnya dalam konteks aplikasi, tik tok tidak bersalah. Aplikasi apapun kalau penggunanya bagus dan digunakan secara positif maka aplikasi apapun tidak akan diblokir oleh pemerintah.

Disisi lain harusnya para pengguna tik tok yang mengirim atau mengunggah video kurang pantas yang diblokir bukan aplikasinya.

Bagi sebagian anak “zaman now”, Tik Tok jadi aplikasi untuk aktualisasi diri dan memfasilitasi sifat narsis mereka. Bahkan bisa menjadi tempat curhat, dan bisa menampilkan kreativitasnya. Disitulah kemudian Tik Tok digemari kaula muda.

Dengan cepat aplikasi ini jadi aplikasi yang paling banyak diunduh mengalahkan aplikasi populer seperti Whatsapp, Messenger dan Instagram.

Mengutip data Perusahaan intelegence Sensor Tower, Tik Tok jadi aplikasi yang banyak di download melalui IOS. Dalam tiga bulan pertama 2018, jumlah smartphone iOS yang mendownload Tik Tok mencapai 45,8 juta. Aplikasi ini mengalahkan YouTube dengan 35,3 juta download, Whatsapp 33,8 juta download.

Mengutip SouthChina Morning Post, hingga 12 Juni 2018, ada 300 juta pengguna aktif Tik Tok di China dimana 40% penggunannya berusia 24 tahun hingga 30 tahun.

Tik Tok adalah aplikasi yang oleh ByteDance pada 2016. Startup internet asal China ini memiliki valuasi lebih dari US$20 miliar. Di China aplikasi Tik Tok bernama Douyin.

Konten yang paling populer di Douyin adalah, dance, komedi, bayi, makanan, hewan peliharaan, video pranks (usil) hingga aksi ketangkasan.

Ke depan, pemerintah harus siap siaga kedatangan puluhan tamu yang bernama aplikasi. Sehingga pemerintah bisa melakukan pencegahan sejak dini, bukan dijegah ketika sudah buming di masyarakat.

Selanjutnya, para pengguna aplikasi apapun harus digunakan sebagaimana kemanfaatannya, bukan digunakan kemudoratannya. Sehingga masyarakat bisa memilih dan memilah aplikasinya.

Yang paling kasian tentu para artis yang sangat terkenal di tik tok tapi belum terkenal di televisi. “Artis Tik Tok”  sudah mempunya jutaan penggemar. Setelah diblokir, secara otomatis artis tik tok akan merasa sepi bagai tidak punya dunia, bagai tak punya ruang dan waktu. Karena bagi artis tik tok, disitulah mereka bisa mengekpresikan dirinya bahkan bisa mengambil keuntungan dari aplikasi tersebut. Nasib para artis tik tok telah dirampas keartisannya pasca diblokir.

Penulis : Sairil Munir
Tinggal di Pojok Kampung

 

PANTAI LOMBANG EKSOTIS

PANTAI LOMBANG

Apabila Anda berkunjung ke Pulau Madura, sempatkanlah mampir ke Kabupaten Sumenep di ujung timur Pulau Madura. Di kabupaten yang pernah menjadi pusat pemerintahan Keraton Sumenep ini, Anda dapat menemukan sebuah pantai dengan gugusan pohon cemara udang yang menghiasi hampir seluruh tepiannya. Namanya Pantai Lombang (dalam pelafalan orang Madura disebut `lombheng`), terletak sekitar 30 kilometer di timur Pusat Kota Sumenep.

Pantai yang boleh jadi paling banyak dikunjungi wisatawan di seluruh Pulau Madura ini mulai menjadi obyek wisata favorit sejak sekitar tahun 2000 lalu, ditandai dengan kunjungan pertama para turis mancanegara ke pantai ini. Beberapa agen perjalanan yang membawa turis dari Jakarta menuju Bali biasanya juga menawarkan kunjungan beberapa hari ke pantai ini. Selain turis mancanegara, tentu saja Pantai Lombang juga menjadi lokasi yang sangat diminati oleh turis domestik, baik masyarakat Madura sendiri maupun wisatawan lokal yang datang dari Surabaya dan sekitarnya. Menurut pantauan situs http://surabaya.detik.com pada Desember 2008 lalu, setiap harinya tak kurang dari 1.200 pengunjung yang menikmati keindahan pantai ini. Pada hari libur, utamanya ketika Lebaran atau libur Natal, maka pengunjung bisa membludak hingga 75 ribu orang.

KEISTIMEWAAN

Keistimewaan

Pantai Lombang memiliki kesan istimewa karena memiliki hamparan pasir putih sepanjang 12 kilometer. Berbeda dengan pantai lainnya yang umumnya dihiasi oleh pepohonan kelapa, di pantai ini wisatawan dapat melihat deretan pohon-pohon cemara udang. Tinggi pepohonan tersebut sekitar 4 meter di atas tanah, namun tidak dalam kondisi tegak, melainkan agak membungkuk sehingga nampak seperti udang. Di tengah kondisi cuaca di Pulau Madura yang terkenal panas, berlindung di bawah rerimbunan daun pohon cemara ini dapat sedikit menghela cuaca panas tersebut.

Akan tetapi, jika memang ingin berjemur, hamparan pasir putih di Pantai Lombang sangat cocok untuk aktivitas tersebut. Di pasir putih ini, wisatawan juga dapat melihat bola-bola pasir kecil yang terbentuk dari galian kepiting-kepiting mini. Kepiting-kepiting tersebut cukup banyak di pantai ini, namun tidak membahayakan karena mereka biasanya akan lari atau berlindung di dalam pasir jika ada orang menghampirinya. Apabila berkunjung bersama keluarga, tak ada salahnya untuk mengajak anak-anak bermain pasir membentuk pola atau bidang tetentu. Kondisi pantai yang masih bersih dengan ombak yang relatif kecil membuat pantai ini juga cocok untuk lokasi berenang, snorkeling, atau olahraga air lainnya. Wisatawan yang belum mahir berenang, atau masih di bawah umur, dapat menyewa peralatan renang seperti ban pelampung di sekitar pantai ini.

Selain menikmati `fasilitas biasa`, wisatawan yang tak keberatan membayar uang lebih mahal dapat menikmati fasilitas yang lebih memadai seperti pelayanan yang diberikan kepada wisatawan asing. Fasilitas tersebut tak hanya berupa kunjungan untuk menikmati pesona alam Pantai Lombang, melainkan juga berbagai seni pertunjukan masyarakat setempat, menikmati pesta bakar ikan di malam hari, serta memperoleh fasilitas penginapan yang unik. Penginapan ini merupakan pondok-pondok di pinggir pantai dengan bahan dasar kayu, memakai dinding rotan, beratapkan ranting dan daun pohon cemara, serta berlantaikan pasir pantai. Selain nampak natural, pondok inap tersebut juga dilengkapi dengan ukiran dan perabot khas Madura sehingga nampak lebih eksotis.

C. Lokasi

Secara administratif, Pantai Lombang terletak di Desa Lombang, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

D. Akses

Pantai Lombang terletak sekitar ± 30 km dari Kota Sumenep ke arah timur laut. Untuk mencapai lokasi, wisatawan dapat memanfaatkan angkutan umum, persewaan mobil, atau menyewa ojek dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan. Bila Anda berdomisili di luar Pulau Madura, Anda dapat menyeberang melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya menuju Pelabuhan Kamal, Bangkalan Madura dengan kapal ferry. Dari Bangkalan, Anda dapat menggunakan angkutan umum menuju Kota Sumenep.

E. Harga Tiket

Biaya karcis untuk memasuki pantai ini adalah Rp 5.000 per orang.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Wisatawan yang ingin bermalam di pantai ini dapat mendirikan tenda di tepi pantai, sebab belum tersedia hotel di sekitar pantai ini. Fasilitas penginapan yang ada, yaitu pondok-pondok alami dari kayu, biasanya hanya diperuntukkan bagi peserta paket wisata dari agen perjalanan tertentu. Apabila terpaksa harus menginap, wisatawan dapat memperoleh jasa hotel di Kota Sumenep.

Di pantai ini telah tersedia kamar bilas bagi para pengunjung untuk membersihkan badan sehabis bermain pasir atau berenang. Jika ingin duduk-duduk santai, wisatawan dapat memanfaakan beberapa tempat duduk atau warung-warung kecil di pinggir pantai yang menjual `es degan` (kelapa muda) serta `rujak lontong` (rujak Madura). Di tengah teriknya matahari, rujak lontong yang lezat, serta segarnya es degan sangat cocok untuk dinikmati

ROKAT TASE’ MADURA

DSC_0210
BUDAYA ROKAT TASE’ MASYARAKAT MADURA

BUDAYA “ROKAT TASE’/PETIK LAUT” MADURA

 

Kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat merupakan suatu bentuk cipta, rasa dan karsa dari setiap individu masyarakat yang ada dalam daerah tertentu. Oleh karena itu, sudah barang tentu dalam kehidupan bermasyarakat kita pasti akan menemukan berbagai kebudayaan serta perilaku kebudayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Namun, tidak sedikit pula orang yang memiliki pandangan serta pemaknaan yang sama tentang kebudayaan-kebudayaan tersebut.

Pada dasarnya setiap kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat pasti akan terus bertahan dan berkembang, hal ini disebabkan karena masyarakat masih menganggap bahwa kebudayaan tersebut masih mempunyai nilai-nilai yang baik dan sakral. Sehingga untuk meubah atau mengganti suatu kebudayaan yang sudah melekat dalam jiwa suatu masyarakat, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

Di daerah pesisir Madura, terdapat komunitas masyarakat yang selalu melakukan ritual atau tradisi sebagai suatu keharusan yang wajib untuk dilakukan. Ritual atau tradisi tersebut, biasanya dimulai dengan acara pembacaan istighotsah dan tahlil bersama oleh masyarakat yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Setelah itu, masyarakat melepaskan sesaji ke laut sebagai rasa ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun isi dari sesaji itu adalah ketan-ketan yang berwarna-warni, tumpeng, ikan-ikan, dan lain sebagainya. Ritual atau tradisi tersebut disebut “Rokat” oleh penduduk setempat.

Tradisi tesebut biasanya dilakukan oleh masyarakat yang berada di daerah pesisir Madura, baik itu pria, wanita, kecil, maupun dewasa semua ikut dalam acara tersebut. Tradisi “rokat”, jika dipandang memang lebih condong pada kebudayaan dan kebiasaan yang berbau Islami. Meskipun adapula yang berpandangan bahwa tradisi tersebut dapat menjerumuskan masyarkat dalam jurang kemusyrikan. Selain itu, tradisi “rokat” dilakukan untuk mensyukuri karunia serta nikmat yang diberikan oleh sang maha pencipta yaitu Allah SWT. Dan juga agar diberikan keselamatan dan kelancaran rezeki dalam bekerja.

Kebudayaan “rokat” dilakukan ketika para nelayan dalam masyarkat tersebut mendapatkan sebuah keuntungan atau kenikmatan yang sangat besar, misalnya mendapatkan hasil ikan yang banyak atau besar. Sehingga untuk mensyukuri karunia tersebut, dilaksanakanlah ritual “rokat”. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa acara “rokat” dilaksanakan tiap satu tahun sekali atau lebih, tergantung situasi dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat tersebut (tidak tentu), sehingga untuk meaksanakan “rokat” tidak perlu menunggu hasil tangkapan yang diperoleh oleh para nelayan.

Sejarah yang Melatar Belakangi

Tradisi “rokat” sebenarnya tidak hanya terjadi di daerah pesisir Madura saja, namun juga seringkali terjadi di daerah pesisir jawa dan bali. Tapi tradisi tersebut muncul dengan model-model dan modifikasi yang berbeda. Meski demikian, tidak diketahui secara jelas kapan tradisi “rokat” tersebut muncul. Sepanjang yang diketahui dan diyakini oleh masyarakat di daerah tersebut, menganggap kebudayaan/tradisi tersebut sudah lama berlangsung dan harus di lestarikan.

Tradisi “rokat” dianggap sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bagi masyarakat setempat. Selain itu “rokat” juga dianggap sebagai salah satu cara untuk tola’ bala’ (mencegah bencana) serta sebagai ritual untuk meningkatkan rezeki yang didapat oleh masyarakat tersebut. Bahkan “rokat” juga dianggap sebagai ritiual yang harus dan wajib dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah tersebut.

Dalam melaksanakan “rokat”, masyarakat di daerah tersebut harus mempersiapkan beberapa sesaji untuk dilepaskan di laut sebagai salah satu cara atau syarat ritual tersebut. Selain itu, sebelum acara pelepasan sesaji masyarakat harus melakukan do’a bersama (istigotsah atau tahlil) sebagai bentuk ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian perlu diingat, biasanya isi dari sesaji-sesaji tersebut adalah makanan-makanan (tumpeng, ketan warna-warni), ikan-ikan dan sebagainya.

Nilai Dari Kebudayaan “Rokat”.

Bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir Madura

Bagi penduduk yang menetap di daerah pesisir Madura, mereka menilai bahwa kebudayaan “rokat” merupakan budaya warisan nenek moyang mereka secara turun temurun, sehingga mereka secara wajib dan mempunyai keharusan untuk mempertahankan dan melestarikan budaya tersebut.

Selain itu, penduduk yang menetap di daerah tersebut juga menganggap bahwa tradisi “rokat” merupakan suatu bentuk ketaatan masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mereka menganggap bahwa orang yang mengikuti tradisi tersebut, merupakan orang-orang yang mempunyai tingkat ketaqwaan yang tinggi. Dari sinilah kemudian masyarakat di daerah tersebut merasa terpanggil untuk ikut serta dalam ritual tersebut.

Kemudian, ada juga yang menganggap jika dalam masyarakat tersebut tidak melakukan ritual “rokat”, maka masyarakat tersebut akan mendapatkan bencana dan rezeki yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Bagi penduduk yang tinggal di luar daerah tapi asli penduduk pesisir Madura.

Bagi penduduk yang menetap di luar daerah, mereka menganggap bahwa tradisi “rokat” harus tetap dilaksanakan di manapun mereka berada. Karena tradisi tersebut merupakan tradisi dari nenek moyang mereka yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Tapi yang menjadi kendala untuk melakukan “rokat” di lingkungan yang baru mereka tempati adalah tidak adanya fasilitas serta masyarakat yang kurang mendukung ritual “rokat” tersebut. Sehingga ritual tersebut tidak perlu dilaksanakan di daerah mereka yang baru. Namun, menurut mereka nilai dari ritual “rokat” itu akan selalu sama meskipun dilakukan di lain tempat.

Membangun Rasa Sosial

Sebelum dilepas (dilarung), tempat sesaji, kemudian disebut bitek sejenis perahu kecil ,dibuat sedemian rupa agar dapat diisi aneka benda yang dianggap “mewakili” barang-barang kepemilikan para nelayan, berupa apa saja, bisa  kain, makanan, hasil pertanian dan lainnya, kemudian diinapkan dan diletakkan dermaga tempat nelayan  akan berlabuh (jaghangan)  selama dua malam.

Awalnya rokat tase’ ini dinamai rokat jaghangan, karena rokatnya berlangsung di tepi pantai dimana para nelayan menyandarkan perahunya, sebelum berlayar menuju laut. “Disetiap desa dimana disitu ada jaghangan, biasanya mereka para nelayanan juga melakukan rokat tase’”, tambahnya.

Maksud penginapan wadah sesaji tersebut, untuk memberi kesempatan pada masyarakat yang lain,  barangkali mau “menitipkan” sesajinya melalui wadah tersebut, “hal ini dilakukan dengan suka rela, dalam bentuk apa saja”. Tapi umumnya dalam bentuk uang. Namun yang pokok dalam sesaji, tambah Muhammad, yaitu kepala kambing.

Dari hidangan nasi dan lauk-pauknya disiapkan untuk para warga, kerabat dan tamu-tamu  yang menghadiri dan menyaksikan rokat tase’. “Dalam hal silaturrahmi memang berusaha kami bertahankan, yang juga merupakan bentuk rasa syukur kami atas limpahan rahmat Allah melalui jala ikan kami di tengah laut.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, A. 2008. “Budaya Rokat Madura

http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/04/budaya-rokat-madura/

Muhammad. 2012. “Upacara Rokat Tase’, Tanjung Saronggi”.

AREK / CELURIT

CELURIT DAN FILOSOFINYA

Bagi masyarakat Madura, Celurit tak dapat dipisahkan dari budaya dan tradisi mereka hingga saat ini. Senjata tradisional ini memiliki bilahnya berbentuk melengkung bentuk bilah inilah yang menjadi ciri khasnya. Celurit menjadi senjata khas suku Madura yang biasa digunakan sebagai senjata carok.

Senjata ini melegenda sebagai senjata yang biasa digunakan oleh tokoh bernama Sakera. Masyarakat Madura biasanya memasukkan khodam, sejenis makhluk gaib yang menempati suatu benda, ke dalam celurit dengan cara merapalkan doa-doa sebelum carok. Walaupun demikian, pada dasarnya fungsi utama senjata ini merupakan salahsatu dari alat pertanian.

Sejarah dan Mitos
Celurit diyakini berasal dari legenda Sakera, seorang mandor tebu dari Pasuruan yang menjadi salah satu tokoh perlawanan terhadap penjajahan belanda pada abad 18 M. Ia dikenal tak pernah meninggalkan celurit dan selalu membawa/mengenakannya dalam aktivitas sehari-hari, dimana saat itu digunakan sebagai alat pertanian/perkebunan. Ia berasal dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan ajaran agama Islam.
Sakera melakukan perlawanan atas penidasan penjajah. Setelah ia tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur. Ia kemudia dimakamkan di Kota Bangil. Atau tepatnya di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari, daerah paling selatan Kota Bangil.

Tindakan penjajah tersebut memimbulkan kemarahan orang-orang Madura sehingga timbul keberanian melakukan perlawanan terhadap penjajah dengan senjata andalan meraka adalah celurit. Oleh karena itu, celurit mulai beralih fungsi menjadi simbol perlawanan, simbol harga diri serta strata sosial.

Jenis dan Ukuran Celurit
Berdasarkan bentuk bilahnya, celurit dapat dibedakan menjadi :
– Clurit Kembang Turi
– Clurit Wulu Pitik/Bulu Ayam
Sedangkan ukuran clurit dikenal dengan ukuran 5 (paling kecil) sampai ukuran 1 (paling besar)

Struktur Celurit
Umumnya clurit memiliki hulu (pegangan/gagang) terbuat dari kayu, adapun kayu yang digunakan cukup beraneka ragam, di antaranya kayu kembang, kayu stingi, kayu jambu klutuk, kayu temoho, dan kayu lainnya. Pada ujung hulu terdapat tali sepanjang 10-15 cm yang berguna untuk mennggantung/mengikat clurit. Pada bagian ujung hulu biasanya terdapat ulir/cerukan/cungkilan sedalam 1-2 cm.

Sarung clurit terbuat dari kulit, biasanya berasal dari kulit kebo yg tebal atau kulit sapi serta kulit lainya. Sarung Kulit dibuat sesuai dengan bentuk bilah yang melengkung, dan memiliki ikatan pada ujung sarung dekat dengan gagang sebagai pengaman. Sarung clurit hanya dijahit 3/4 dari ujung clurit, agar clurit dapat dengan mudah dan cepat di tarik/dicabut dari sarungnya. Umumnya sarung dihiasi dengan ukiran/ornamen sederhana.

Bilah Clurit menggunakan berbagai jenis besi, untuk yang kualitas bagus biasanya digunakan besi stainless, besi bekas rel kereta api, besi jembatan, besi mobil. Sedangkan untuk kualitas rendah menggunakan baja atau besi biasa. Bilah Clurit memiliki ikatan yang melekat pada gagang kayu serta menembus sampai ujung gagang. Sebagaian dari clurit juga dibuat ulir setengah lingkaran mengikuti bentuk bilahnya. Terkadang pada bilahnya terdapat ornamen lingkaran sederhana sepanjang bilah clurit.

Proses Pembuatan
Sebelum mengerjakan sebilah celurit, Pandai besi biasa berpuasa terlebih dahulu. Bahkan saban tahun, tepatnya pada bulan Maulid, dilakukan ritual kecil di bengkel pandai besi. Ritual ini disertai sesajen berupa ayam panggang, nasi dan air bunga. Sesajen itu kemudian didoakan di mushala. Baru setelah itu, air bunga disiramkan ke bantalan tempat menempa besi. Diyakini Kalau ada yang melanggar (mengganggu), ia akan mendapatkan musibah sakit-sakitan. Hingga kini, tombuk atau bantalan menempa besi pantang dilangkahi terlebih diduduki oleh orang.

Hal pertama yang selalu dilakukan dalam pembuatan, adalah memilih besi yang diinginkan. Untuk clurit berkualitas terbaik digunakan besi rel atau besi mobil/jeep. Batangan besi pilihan itu tersebut kemudian dibelah dengan ditempa berkali-kali untuk mendapatkan lempengannya. Setelah memperoleh lempengan yang diinginkan, besi pipih itu lantas dipanaskan hingga mencapai titik derajat tertentu.

Logam yang telah membara itu lalu ditempa berulang kali sampai membentuk lengkungan sesuai dengan jenis celurit yang diinginkan. Penempaan dilakukan dengan ketelitian. Setelah mencapai kelengkungan yang diinginkan, clurit digerinda dan dihaluskan bilahnya. Setelah dimasukkan/ditancapkan ke gagang yang telah disiapkan terlebih dahulu. Dan diteruskan dengan memberikan ikatan tali pada gagang tersebut. Terakhir bilah yang sudah jadi dibuatkan sarungnya dengan menggunakan kulit kebo/sapi dan telah diukir/tatah, dimana ukurana sarung disesuaikan dengan bentuk bilah tersebut. Untuk membuat clurit yang berkualitas terbaik membutuhkan waktu 2 sampai 4 minggu.

Celurit dan Pencak Silat
Di Madura, banyak dijumpai perguruan pencak silat yang mengajarkan cara menggunakan celurit. Walaupun hanya sebuah benda mati, celurit memiliki beragam cara penggunaannya. Ini tergantung dari niat pemakainya. Dimana perguruan silat menggajarkan penggunaan celurit tidak sekadar diajarkan untuk melumpuhkan lawan. Namun seorang pesilat harus memiliki batin yang bersih dengan berlandaskan agama.

Sejak dulu sampai sekarang nama celurit, pasti identik dengan Madura, entah Sumenep, Pemekasan, Sampang, dan Bangkalan, bahkan orang Madura dianggap bersinonim dengan senjata tajam. Tetapi watak dan kepribadiannya patut di puji dan dikagunmi dengan setulus hati, kata Emha Ainun Nadjib. Padahal kalau kita lebih kritis melihat Madura secara holistik-uinversal semua orang akan terkagum-kagum dengan etika (tatakrama), agama, budaya, seni dan kerukunan antar masyarakat, ini bukannya saya membela orang Madura. Tidak, tapi setidaknya ini menjadi pemicu untuk menipiskan realitas yang dicitrakan terhadap orang Madura sejak dulu menyandang stereotipe negatif. Artinya sampai saat ini belum ada seseorang yang mampu menyingkap sesuatu yang ada di balik Madura itu sendiri, terutama dari sisi simbol celurit.
Simbol celurit yang berbentuk melengkung seperti tanda tanya. Inilah sebenarnya yang menjadikan Madura dan makna Madura menjadi jelek di mata masyarakat luar Madura. Padahal kalau kita melihat simbol dari kemaduraan itu sendiri, kita akan lebih mengerti dan tahu apa maksud, tujuan dan, makna dari simbol celurit itu, yang selama ini menjadi identitas masyarakat Madura.
Simbol dalam hal ini adalah memberi kesan terhadap orang lain atau sesuatu yang memiliki makna. Kesan dan pengertian inilah yang di salah pahami. Kesannya apa? Ada apa dengan Celurit? Bagaimana celurit? Mengapa harus celurit? Pertanyaan mendasar ini yang kurang memberi kesadaran terhadap kita. Kalau kita lebih kritis dan berhati-hati, di sana kita akan menemukan banyak filosofi yang luar biasa bagi perkembangan masyarakat bahkan negara.
Celurit yang berbentuk tanda tanya sebuah kehati-hatian masyarakat Madura untuk bertindak kasar. Masyarakat Madura akan selalu ragu (skeptis) terhadap suatu peristiwa yang menimpa dirinya maupun keluarnya. Carok misalnya, itu akan terjadi ketika ada kesepakatan bersama, artinya mereka masih banyak bertanya-tanya untuk berbuat carok.
Bertanya adalah celurit itu sendiri. Celurit adalah filsafat itu sendiri. Dari kebiasaan bertanyalah kemudian muncul filsafat menjadi pisau analisis untuk lebih jauh melihat celurit sebagai simbol masyarakat Madura. Yang akhirnya penulis berharap ini menjadi pintu awal sejarah pembentukan filsafat Madura. Dari simbol celurit itulah saya menemukan tiga langkah untuk lebih lanjut menuturkan kemaduraan, pertama adalah sadar, kedua adalah menyadari, dan yang ke tiga adalah kesadaran. Memang ketiganya dalam hal kata sama, tapi saya akan mencoba melihat dari kacamata filsafat.
Sadar bagi saya adalah pemikiran pasif yang melekat di setiap orang, tanpa terbesit untuk melakukan atau bertindak sesuatu, misalnya dalam satu forum diskusi, anggota diskusi semua sadar bahwa kalau setiap diskusi mereka butuh snak, rokok, dan minuman, tapi tidak ada seoarang di antara mereka untuk membelinya, realitas itu hanya terjadi di ranah sadar. Artinya masih ada dalam benak atau akal mereka, katakanlah sebuah pemikiran yang masih di internalisasikan.
Menyadari bagi saya adalah pemikiran aktif yang selalu berbuat dan pasti dijalani atau di kerjakan dan jarang orang untuk memiliki pemikiran seperti ini, misalnya dalam diskusi tadi mereka sadar bahwa mereka semua butuh snak, rokok, minuman, bahkan makanan, di ranah menyadari itu akan terjadi, artinya snak, minuman, rokok, bahkan makanan sudah ada di antara mereka yang berangkat untuk membelinya. Seseorang di ranah ini lebih peka terhadap keadaan sekitar.
Sedangkan kesadaran bagi saya adalah sudah mentradisi dalam setiap ada diskusi, artinya setiap kali ada diskusi pasti ada di antara mereka yang memiliki kesadaran untuk membelikan atau melaksanakan sadar-nya itu. Kalau setiap kali ada diskusi dan pasti ada mereka yang menyadari untuk membelikan maka kesadaran sudah mentradisi di antara mereka.
Contoh lain filosofinya orang Madura “Mon othebi’ oreng sake’ je’ nobi’ oreng laen” (kalau di cubit orang sakit, jangan mencubit orang lain), artinya kalau dirinya sudah merasakan sakit karena di cubit orang, orang lain juga merasakan sakit. Ketika kita sadar bahwa di cubit sakit, dan kita tidak mencubit, maka “tidak mencubit” itulah kita menyadari, dan ketika kebiasaan itu selalu berulang-ulang terjadi maka kesadaran sudan mentradisi di tiap kita dan masyarakat.
Bagaimana dengan negara? Misalnya presiden berkata “2009 sekolah gratis”, dalam contoh ini presiden hanya sadar bahwa masyarakat bawah tidak mampu membiayai sekolah, artinya kata-kata presiden itu masih di ranah wacana belum pada tataran praksis, tapi kalau “2009 sekolah gratis” benar-benar adanya dan itu pasti terjadi, presiden sudah menyadari, artinya menyadari di sini sesuatu sudah terlihat jelas bahwa “2009 sekolah gratis”. Kalau itu selalu terjadi di Indonesia setiap tahun, kesadaran sudah menjadi tradisi di Indonesia. Agar tidak hanya janji kosong belaka.
Jadi sadar menjadi pemikiran pasif atau kata Plato masih di tanah ide. Menyadari menjadi pemikiran aktif (transformasi, aplikasi), sedangkan kesadaran adalah tradisi pemikiran dari keduanya, atau dengan kata lain intelektual simbolis-realistis-transformatif.
Dengan demikian, sadar kalau dalam filsafat adalah filsafat epistemologi yang membahas masalah tata cara, sumber, dan kevalidan. Sedangkan menyadari kita sudah memiliki teori sendiri dan teori-teori itu ditulis dalam bentuk buku atau di transformasikan atau di aplikasikan terhadap masyarakat. Sedangkan kesadaran kita akan selalu menemukan teori-teori baru dari membaca, skeptis, dan berpikir kritis terhadap sadar dan menyadari akan keadaan diri dan realitas.

PRIBAHASA MADURA 3

Ajam atellor e berras (ayam bertelur di beras) arti : pejabat yang suka menerima suap

Nellor ajam (nelur ayam) arti : luar dan dalamnya tidak sama

Ajam tokong menta bunto’ (ayam buntung minta ekor) arti : tidak punya harapan lagi

Acaca dhuwa’ (omong ganda) arti : kalau bicara tidak dapat dipercaya

Aeng satestes e sagara (air setetes di lautan) arti : pertolongan orang yang tidak berguna

Wa-towa ajam (tua-tua ayam) arti : meski sudah tua tapi masih bagus/cakep

Ajaring angen (menjaring angin) arti : kelakuan yang tidak berguna

Nemmo angen nyaman (menemukan angin yang nyaman) arti : menerima kabar baik

Sorem arena (suram harinya) arti : menghadapi kesusahan

Ngakan asella are (makan seadanya hari) arti : sehari makan, sehari tidak

Lemmes atena (halus/lemas hatinya) arti : orang penyabar

Durin amoso temon (durian bertemu ketimun) arti : tidak sebanding

Balibis mole ka rabana (belibis pulang ke sarang) arti : kembali ke tempat asalnya

Ta’ ka bara’ ta’ ka temor (tidak ke barat, tidak ketimur) arti : Tidak terbawa arus, tidak mengikuti sekitarnya

Sokkor ja’ menta bintang so bulan (syukur tidak minta bintang dengan bulan) arti : semua permintaannya terpenuhi

Moseng abulu ajam (musang berbulu ayam atau serigala berbulu domba) arti : orang yang munafik, diluar baik, didalam berniat jahat

Nemmo buta mate (menemukan raksasa mati) arti : menemukan untung yang sangat besar

Cabbi nantang lalap (cabai menantang lalapan) arti : orang yang minta peran lebih dari semestinya

Ecoco’ dhuri e jalan raja (tertusuk duri di jalan raya) arti : dipermalukan didepan orang banyak

Tadha’ jagung, obi daddi nase’ (tiada jagung, ubi jadi nasi) arti : tiada rotan, akarpun jadi Jila

ta’ atolang (lidah tak bertulang) arti : gampang mengubah bicara

Arompi buluna merrak (memakai rompi bulu merak) arti : diluar nampak kaya, padahal aslinya tidak. Kelihatan bagus tapi sebenarnya jelek.

Atobba dibi’ (meracun diri sendiri) arti : mencelakai dirinya sendiri

Mesken arta sogi ate (miskin harta, kaya hati) arti : meskipun miskin, tapi ringan tangan

Apoy eserame mennya’ (api tersiram minyak) arti : amarahnya makin menjadi-jadi

“Bengal kathonding takok ka tajam” ARTINYA : Hanya berani gagangnya tapi takut dengan tajamnya celurit(Pemimpin harus berani menghadapi setiap resiko kepemimpinannya. Jangan mau enaknya saja tapi takut menghadapi beban berat di hadapannya).

Tadha aeng agili ka olo (Tidak ada orangtua yang minta ke anaknya/ Watak anak tidaklah berbeda dengan orang tuanya).

 

Blog at WordPress.com.

Up ↑