LOKASI WISATA DI MADURA

KABUPATEN SUMENEP

Karaton Songenep
  • Museum Keraton Sumenep merupakan museum yang dikelola oleh pemerintah daerah Sumenep yang di dalamnya menyimpan berbagai koleksi benda-benda cagar budaya peninggalan keluarga Karaton Sumenep dan beberapa peninggalan masa kerajaan hindu budha seperti arca Wisnu dan lingga yang ditemukan di kecamatan Dungkek. Didalam museum terdapat juga beberapa koleksi pusaka peninggalan Bangsawan Sumenep seperti guci keramik dari Cina dan Kareta My Lord pemberian Kerajaan Inggris kepada Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I atas jasanya yang telah banyak membantu Thomas Stamford Raffles salah seorang Gubenur Inggris dalam penelitian yang dilakukannya di Indonesia.
  • Keraton Sumenep merupakan peninggalan pusaka Sumenep yang dibangun oleh Raja/Adipati Sumenep XXXI, Panembahan Sumolo Asirudin Pakunataningrat dan diperluas oleh keturunannya yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I. Karaton Sumenep sendiri letaknya tepat berada di depan Museum Karaton Sumenep,
  • Masjid Jamik Sumenep merupakan bangunan yang mempunyai arsitektur yang khas, memadukan berbagai kebudayaan menjadi bentuk yang unik dan megah, dibangun oleh Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat yang memerintah pada tahun 1762-1811 M dengan arsitek berkebangsaan tionghoa “law pia ngho”
  • Kota Tua Kalianget letaknya di sebelah timur kota Sumenep, disini para pengunjung bisa melihat peninggalan-peninggalan Pabrik garam, Arsitektur Kolonial dan beberapa daerah pertahanan yang dibangun Oleh Pemerintahan Kolonial saat menjajah wilayah Sumenep,
  • Hutan Cemara udang di sepanjang bibir Pantai Utara Sumenep sepanjang 30 km, menambah suasana indahnya Bumi Sumekar
    • Pantai Lombang adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. Pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang,
    • Pantai Slopeng adalah pantai dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan, termasuk jenis ikan tongkol,
    • Pantai Ponjug di Pulau Talango,
    • Pantai Badur di Kecamatan Batu Putih,
    • Pantai Pasir Putih dan Terumbu Karang Pulau Saor (Kecamatan Sapeken),
    • Kepulauan Kangean dan sekitarnya merupakan gugusan kepulauan Kabupaten Sumenep yang letaknya berada di wilayah ujung timur Pulau Madura. Mempunyai banyak pantai yang eksotik,
    • Wisata Taman Laut Mamburit Pulau Arjasa,
    • Wisata Taman Laut Gililabak Pulau Talango,
    • Taman Air Kiermata di Kecamatan Saronggi,
    • Goa Jeruk Asta Tinggi Sumenep,
    • Goa Kuning di Kecamatan Kangean,
    • Goa Payudan di Kecamatan Guluk-Guluk,

    Wisata Religi/Ziarah

    • Asta Karang Sabu merupakan kompleks pemakaman keluarga Raja / Adipati Sumenep yang memerintah pada abad 15 yaitu Pangeran Ario kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. di daerah karang sabu inilah dia memimpin pemerintah Sumenep pada saat itu.
    • Kompleks pemakaman Asta Tinggi Sumenep merupakan kompleks pemakaman Raja-Raja Sumenep yang dibangun pada tahun 1644 M. terletak di daerah dataran Tinggi Kebon Agung Sumenep.
    • Asta Yusuf merupakan salah satu makam penyebar agama islam di Pulau Talango, makam tersebut ditemukan oleh Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat ketika betolak menuju Bali pada tahun 1212 hijriah (1791),
    • Asta Katandur merupakan salah satu makam penyebar agama islam di Sumenep, Pangeran Katandur yang juga salah satu tokoh yang ahli dalam bidang pertanian dan menurut berbagai sumber, Pangeran Katandur juga merupakan pencipta tradisi kerapan sapi,
    • Makam Pangeran Panembahan Joharsari yang merupakan salah satu Adipati Sumenep V yang pertama kali memeluk Agama islam di Bluto,

    Wisata Minat Khusus

    • Tirta Sumekar Indah merupakan salah satu kompleks pemandian kolam renang yang ada di Sumenep, letaknya berada di kecamatan Batuan, sebelah barat kota Sumenep. Letaknya yang strategis, dikelilingi Perkebunan Pohon Jati dan Jambu Mente serta tak jauh dari wisata kompleks pemakaman Asta Tinggi membuat pemandian ini banyak di kunjungi warga saat akhir pekan dan liburan sekolah,
    • Water Park Sumekar, merupakan wisata air yang terletak tak jauh dibelakang lokasi Wisata kompleks Asta Tinggi, kondisi bangunannya yang terletak dilerang bukit Kasengan sangat menambah suasana alami di kawasan ini,
    • Alun-Alun Sumenep sekarang menjadi taman Adipura, setiap harinya khususnya pada malam hari dibangian utara Alun-Alun Sumenep ini terdapat pasar malam dengan menyajikan berbagai macam kuliner dan accesories yang bisa dinikmati dengan harga yang murah.
    • Wisata kesehatan di Pulau Giliyang Kecamatan Dungkek merupakan daerah di kabupaten Sumenep yang mempunyai kandungan O2/oksigen sebesar 21,5% atau 215.000 ppm.
  • KABUPATEN PAMEKASAN

Objek Wisata di Kabupaten Pamekasan

  • Monomen Arek Lancor
  • Pantai Talang Siring, Kecamatan Montok
  • Pantai Jumiang, Kecamatan Pademawu
  • PantaiBatu Kerbuy
  • Api tak kunjung padam
  • Makam Batuampar
  • Vihara Avalokitesara
  • Situs Pangeran Rangga Sukawati
  • Museum Daerah
  • Pasar Batik Joko Tole
  • Gua Istana batumarmar

KABUPATEN SAMPANG

  • Pulau Mandangin
  • Pantai Camplong
  • Kuburan Madegan
  • Waduk Klampis Desa Kramat kecamatan Kedungdung
  • Air terjun Toroan
  • Rimba monyet – Nepa Raden segoro
  • Reruntuhan Pababaran
  • Pemandian Sumber Otok
  • Wisata Alam Goa Lebar
  • Monumen Sampang
  • Situs Pababaran Trunojoyo
  • Situs Ratoh Ebuh

KABUPATEN BANGKALAN

  • Pantai Rongkang
  • Pantai Sambilangan
  • Bukit Geger
  • Kuburan Aermata
  • Pantai Siring Kemuning di desa Macajah, Tanjungbumi
  • Perahu Peninggalan Saichona Moh. Chollil di desa Telaga Biru, Tanjungbumi
  • Mercusuar VOC , Sambilangan
  • Jembatan Nasional Suramadu
  • Air Terjun Kokop

 

SAPE SONO’ /SAPI SONO’

sapi-sonok-1Pengertian dari Sapi Sono’ berasal dari bahasa Madura yaitu dari kata “srono” atau “nyono3 yang artinya masuk. Kata “masuk” di sini berkaitan dengan awal mula budaya ini, yang kerap digunakan menyambut tamu yang datang di rumah warga Madura. Jadi secara budaya, Sapi Sono menyimbolkan sebuah kesopanan dalam bertingkah laku. Karena simbol dan makna itulah, sejak sekitar tahun 1970-an4, Sapi Sono’ digunakan sebagian masyarakat untuk penyambutan tamu dalam berbagai acara. Misalnya acara pernikahan, ataupun khitanan.

Sapi Sono’ atau Sapi Pajhangan adalah salah satu tradisi masyarakat Madura yang tetap bertahan hingga saat ini. Memang tidak sepopuler seperti Kerapan Sapi akan tetapi tradisi ini tetap menarik untuk dinikmati. Sapi Sono’ merupakan kontes sapi betina pilihan dari berbagai umur, yang dihias bak ratu kecantikan dengan dandanan menarik. Mulai dari panggonong, kain pakaian yang bersulamkan benang emas yang berkilauan ketika ditimpa sinar matahari, beludru merah dan juga kuning, kayu ukir bentaos dari Karduluk (sentra ukiran Sumenep), juga tak ketinggalan kelintingan (bebunyian), hanya saja tidak menggunakan Kaleles. Pada pakaian tersebut terdapat rumbai-rumbai yang bergelantungan, yang kontras dengan kulit sapi-sapi yang bersih terawat dengan kuku dan tanduk yang terpelihara pula.

Sapi Sonok juga memiliki cerita sejarah sendiri, dimulai dari kebiasaan para petani di Kabupaten Pamekasan dalam merawat sapi ternak mereka. Setiap sore sapi – sapi betina ini dimandikan setelah itu ditali pada tonggak kayu dan kemudian berjejer rapi.
Rupanya hal ini menjadi keisengan para petani untuk melakukan sebuah pemilihan sapi tercantik, termulus dan terbaik. Lambat laun, kontes – kontes kecil inipun berkembang menjadi kontes tingkat desa, kecamatan dan kabupaten dan sejak saat itu sapi – sapi peserta kontes itu dinamai sapi sonok.
Dalam kontes Sapi Sonok ini memang menggunakan sapi betina karena sapi jantan lebih banyak digunakan pada Kerapan Sapi. Jika awalnya kontes Sapi Sonok ini hanya dinilai dari segi fisik saja dengan berjalannya waktu terjadi perubahan dalam penilaian. Selain segi fisik, sepasang sapi betina ini juga akan dinilai dari penampilan aksesorin yang digunakan dan keserasian.
Tidak jauh berbeda dengan Kerapan Sapi rupanya konten Sapi Sonok ini menjadi ajang pamer gengsi antar peserta. Pemenang kontes Sapi Sonok juga tidak kalah dengan Sapi Kerapan dengan harga jual yang melambung tinggi. Harga Sapi Sonok bisa mencapai ratusan juta dan bisa menjadi lebih mahal lagi tergantung dari tingkat kualitasnya.
Jadi tidak heran jika Sapi Sonok juga dipanggil dengan sapi elit di Madura karena harga jualnya yang ratusan juta tersebut. Untuk masalah perawatan sehari – hari rupanya Sapi Sonok tidak jauh berbeda dengan Sapi Kerapan. Untuk bisa menghasilkan sepasang Sapi Sonok yang terbaik dibutuhkan ketelatenan, waktu dan pastinya biaya yang tidak sedikit.
Sebelum bisa tampil di kontes Sapi Sonok, sapi – sapi tersebut telah dilatih sejak usia 3 tahun dengan perlakuan khusus dan nutrisi makanan yang terbaik. Setiap seminggu sekali sapi – sapi tersebut rutin diberi jamu yang telah dicampur dengan sekitar 15 butir telur. Bisa dibayangkan saja selain cantik mempesona sepasang Sapi Sonok juga kuat.
Selain itu ada perlakuan khusus lainnya yang didapat para sapi – sapi ini mereka dimandikan dengan shampo dan sabun. Tidak tanggung – tanggung para pemilik sapi juga kerap mendatangkan dokter hewan setiap 3 bulan sekali guna memeriksa kesehatan sapi mereka. Tidak hanya itu saja, ternyata aksesoris yang digunakan dalam kontes Sapi Sonok bisa mencapai harga ratusan ribu.
Semakin tidak diragukan lagi kalau Pulau Madura menyimpan berjuta keindahan dan keeksotisan sebuah pulau. Mari kunjungi Pulau Madura, temukan langsung keindahan alamnya, keramahan masyarakatnya dan rasa spiritualisme yang begitu kuat.
Paemkab Pamekasan mematenkan hak cipta budaya sapi sonok ke Departemen Hukum dan HAM. Hal ini perlu dilakukan agar Pemkab Pamekasan mendapat kepastian budaya sapi sonok yang selama ini juga digemari oleh masyarakat Madura itu adalah milik asli dan hasil ciptaan orang Pamekasan.

Kabag Hukum Setdakab Pamekasan, Yudi Kiesna Mukti SH, mengatakan, Kamis (18/2), hari ini pihaknya bersama Kabag Kesra Drs Hairil Basar akan mengantarkan berkas-berkas persyaratan pendaftaran untuk dapat hak cipta itu ke Kanwil Departemen Hukum dan HAM JawaTimur. Kemudian dari sana dilanjutkan untuk dinaikkan ke Depertemen Hukum dan HAM melalui Direktorat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Jakarta.

KERAPAN SAPI

Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

Di bulan November tahun 2013, penyelenggaraan Piala Presiden berganti nama menjadi Piala Gubernur.

SEJARAH KERAPAN SAPI

Awal mula kerapan sapi dilatar belakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan matapencahariannya sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.

Suatu Ketika seorang ulama Sumenep bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) yang memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang bambu yang dikenal dengan masyarakat madura dengan sebutan “nanggala” atau “salaga” yang ditarik dengan dua ekor sapi. Maksud awal diadakannya Karapan Sapi adalah untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah. Orang Madura memelihara sapi dan menggarapnya di sawah-sawah mereka sesegera mungkin. Gagasan ini kemudian menimbulkan adanya tradisi karapan sapi. Karapan sapi segera menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya khususnya setelah menjelang musim panen habis. Karapan Sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi musik saronen.

Pelaksanaan Karapan Sapi dibagi dalam empat babak, yaitu : babak pertama, seluruh sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Pada babak ini semua sapi yang menang maupun yang kalah dapat bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.

Babak kedua atau babak pemilihan kembali, pasangan sapi pada kelompok menang akan dipertandingkan kembali, demikian sama halnya dengan sapi-sapi di kelompok kalah, dan pada babak ini semua pasangan dari kelompok menang dan kalah tidak boleh bertanding kembali kecuali beberapa pasang sapi yang memempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok.

babak Ketiga atau semifinal, pada babak ini masing sapi yang menang pada masing-masing kelompok diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok kalah. Pada babak keempat atau babak final, diadakan untuk menentukan juara I, II, dan III dari kelompok kalah.

 

SEJARAH PULAU MADURA

MADURA

Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk hampir 4 juta jiwa.

Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju Madura, selain itu untuk menuju pulau ini bisa dilalui dari jalur laut ataupun melalui jalur udara. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di bangkalan, Selain itu juga bisa dilalui dari Pelabuhan Jangkar Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep, ujung timur Madura.

Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Madura, Pulau dengan sejarahnya yang panjang, tercermin dari budaya dan keseniannya dengan pengaruh islamnya yang kuat.

Pulau Madura didiami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang .

Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan, masyarakat Madura juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja keras (abhantal omba’ asapo’ angen). Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: katembheng pote mata, angok pote tolang. Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok pada sebagian masyarakat Madura.

BABAD MADURA

Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa pulau Madura pada zaman dahulu oleh para pengarung lautan hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi (sekarang menjadi bukit-bukit, dan beberapa dataran yang ketika air laut surut dataran tersebut terlihat, sedangkan apabila laut pasang dataran tersebut tidak tampak ( di bawah permukaan air ). Puncak-puncak yang terlihat tersebut diantaranya sekarang disebut Gunung Geger di Kabupaten Bangkalan dan Gunung Pajudan di kabupaten Sumenep. Sejarah tanah Madura tidak terlepas dengan sejarah atau kejadian yang terjadi di tanah Jawa. Diceritakan bahwa pada suatu masa di pulau Jawa berdiri suatu kerajaan bernama Medang kamulan. Di dalam kotanya ada sebuak keraton yang bernama keraton Giling wesi, rajanya bernama Sang Hyang Tunggal ( Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas. Ibukotanya bernama Watan Mas).

SEJARAH

Perjalanan Sejarah Madura dimulai dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad 13. Dalam kitab nagarakertagama terutama pada tembang 15, mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komonitas budaya yang sama.

Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1]

Sejarah mencatat Aria Wiraraja adalah Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan tari Satria.

GEORAFI DAM ADMINISTRASI

Geografi

Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.

Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.

Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10 persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.

Administrasi

Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu:

Kabupaten Ibu Kota Luas Area Populasi 2010
Kabupaten Bangkalan Bangkalan 1,260 907,255
Kabupaten Sampang Sampang 1,152 876,950
Kabupaten Pamekasan Pamekasan 733 795,526
Kabupaten Sumenep Sumenep 1,147 1,041,915

Blog at WordPress.com.

Up ↑